Cari Blog ketik disini

Jumat, 09 September 2011

SEMENANJUNG KAMPAR TERUS DI KONVERSI.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan, SK 327/Menhut-II/2009 tertanggal 12 Juni 2009, RAPP memperoleh hak konsesi HTI seluas 350.165 hektare di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Pada November 2009 lalu Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mencabut sementara izin pengelolaan hutan gambut RAPP di Semenanjung Kampar, Riau. kemudian, tim ahli membuat tiga poin rekomendasi kepada RAPP.
1.    Rekomendasi pertama, tim ahli menilai RAPP mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitarnya secara terpadu.
2.   Rekomendasi kedua, RAPP diminta mengelola ekohidro untuk menjaga fungsi kawasan dan pengaturan muka air lebih efektif. Dan, pengembangannya perlu secara terpadu dalam lingkup Semenanjung Kampar.
3.  Rekomendasi ketiga, agar permasalahan yang diidentifikasi tidak berkembang dengan cepat, sehingga RAPP perlu mengelola kawasan Semenanjung Kampar secara berkelanjutan.
Rekomendasi ini dibuat setelah tim ahli melakukan evaluasi terhadap RAPP selama 15 hari.

Adapun Perusahaan yang beroperasi di Semenanjung Kampar adalah:
Pengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kawasan Semenanjung Kampar : GRUP APRIL (RAPP) :
1.      PT. RAPP (93.161,9 ha)
2.      PT. Madukoro (14.676,4 ha)
3.      PT. Selarasa Abadi Utama (12.498,9 ha)
4.      PT. Ekawana Lestari Dharma (10.032,3 ha)
5.      PT. Triomas FDI (9.693,8 ha)
6.      CV. Bhakti Praja Mulia (6.269,1 ha)
7.      CV. Alam Lestari (4.730,6 ha)
8.      CV. Tuah Negeri (1.648,7 ha)
9.       CV. Harapan Jaya (499,1 ha)

Perkebunan Kelapa sawit di Semenanjung Kampar :
1.      PT. Trisetya Usaha Mandiri (23.791,1 ha)
2.      PT. Uni Seraya (11.363,2 ha)
3.      PT. Dutaswakarsa Indah (10.279,7 ha)
4.      PT. Triomas FDI (10.232,7 ha)
5.      PT. Baskarasatriatama Riau (9.517,4 ha)
6.      PT. Sidomarga Perkasa (9.389,6 ha)
7.      PT. Langgam Inti Hibrindo (5.827,4 ha)
8.      Pusat Koperasi Polda (Puskopolda) Riau (4.989,4 ha)
9.      PT. Sabira Negeriutama (4.707,1 ha)
10  PT. Sakti Sawit Jaya (2.672,9 ha)
11   PT. Indo Inti Sawit Subur (2.365,8 ha)
12  PT. Perkebunan V (PIR Buatan) (489 ha)

GRUP APP (Asian Pulp and Paper) :
1.      PT. Arara Abadi - Siak (46.334,6 ha)
2.      PT. Putra Riau Perkasa (16.441,0 ha)
3.      PT. Satria Perkasa Agung - Serapung (12.955,7 ha)
4.      PT. Mitra Hutani Jaya (8.294,1 ha)
5.      PT. Balai Kayang Mandiri (6.161,1 ha)

Perusahaan Lain :
1.      PT. Uni Seraya (34.906,4 ha) 
2.   PT. National Timber and Forest Product (9.224,7 ha)

Rabu, 07 September 2011

DATA KEBAKARAN HUTAN DI RIAU TAHUN 2011.

Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, tanggal 18/02/2011 terdapat 53 titik Api di Propinsi riau, di Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupten Bengkalis dan kabupaten Siak. (http://news.okezone.com/read/2011/02/18/340/426270/53-titik-api-kebakaran-hutan-di-riau-makin-parah).
Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, Senin  09/05/2011 terdapat 110 titik Api di Propinsi riau, di Kabupaten Rohil sebanyak 36 titik hot spot. Kemudian, disusul Bengkalis dan Siak masing-masing 13 titik. Sementara itu, 21 titik terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu, 10 titik di Pelalawan, dan di kota Dumai 6 titik, (http://nasional.vivanews.com/news/read/219367-suhu-ekstrim--riau-rawan-kebakaran-hutan).
Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, selasa 12/07/2011 terdapat 26 titik Api di Propinsi riau, (http://nasional.vivanews.com/news/read/233226-puluhan-titik-kebakaran-hutan-di-riau).
Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, Rabu 13/07/2011 terdapat 38 titik Api di Propinsi riau, (http://reddandrightsindonesia.wordpress.com/2011/07/15/bmkg-kemarau-kebakaran-hutan-riau-berlanjut-hingga-agustus/).
Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, kamis 14/07/2011 terdapat 79 titik Api di Propinsi riau, hostpot terbanyak berada di Kabupaten Rokan Hilir, 37 titik. Sedangkan titik terbanyak kedua berada di Kabupaten Pelalawan, 15 titik. Menyusul 8 titik di Bengkalis, Siak 6 titik, Kampar 5 titik, Rokanhulu 4 titik, Indragiri Hulu 3 titik dan Indragiri Hilir 1 titik. (http://nasional.vivanews.com/news/read/233226-puluhan-titik-kebakaran-hutan-di-riau).
Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, senin 01/08/2011 terdapat 202 titik Api di Propinsi riau, Untuk wilayah Riau, jumlah titik api terbesar berada di Kabupaten Rokan Hilir dengan 49 titik, disusul Bengkalis (35), Dumai (23), Pelalawan (21), Siak (19), Rokan Hulu (16), Indragiri Hulu (15), Kampar (14),  Kabupaten Indragiri Hilir (6), Kuantan Singingi (3), dan Pekanbaru(1).  (http://internasional.kompas.com/read/2011/08/02/13234724/Titik.Panas.di.Riau.Terbesar.di.Sumatera). 

Data dari BMG hasil monitoring satelit NOAA – 18, tanggal 31 Agust- 6 Sept 2011 terdapat 141 titik Api di Propinsi riau, (http://nasional.kompas.com/read/2011/09/08/17240742/Tuan.Rumah.SEA.Games.Prioritas.Hujan.Buatan.di.Palembang).


Dari data Kementerian Kehutanan, untuk tahun 2011, titik api yang terpantau berjumlah 1.490. Jumlah itu tersebar disejumlah provinsi. Di Sumaetra Utara 233 buah. Riau 1.033 buah. Jambi 255 buah. Sumatera Selatan 265 buah. Kalimantan Barat 450 buah. Kalimantan Tengah 244 buah. Kalimantan Selatan 55 buah. Kalimantan Timur 163 buah, (http://news.okezone.com/read/2011/07/16/340/480506/seribu-titik-api-penyebab-kebakaran-hutan-ada-di-riau).
Dalam periode Januari s/d Juli 2011, jumlah hostpot di Indonesia jauh lebih rendah dari beberapa negara ASEAN. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Kementerian Kehutanan dari Januari - 24 Juli 2011 melalui satelit NOAA (National Oceanic  and Atmospheric Administration) yang bersumber dari ASEAN Specialized  Monitoring Center (ASMC), diketahui total hotspot di Indonesia tercatat 8.082 Hotspot.  Di Indonesia, sebaran hotspot di 6 provinsi rawan kebakaran, adalah  di Provinsi Riau 2.159 hotspot, Kalimantan Barat 809 hotspot, Sumatera Utara 600 Hotspot, Kalimantan Tengah 543 hotspot, Jambi 455 hotspot,  dan Kalimantan Selatan 259 hotspot, (http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/7573).

KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

Jumlah titik api di seluruh Indonesia berdasarkan citra satelit Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dari 5 tahun belakangan ini yaitu : pada tahun 2006 (146.264 titik Api), tahun 2007 (37.909 titik api), tahun 2008 ( 30.616 titik api), tahun 2009 (29.463 titik api), tahun 2010 (9.898 titik api), sampai bulan mei 2011 (1.585 titik api).

Kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia, terutama pada musim kemarau datang. kebakaran yang berskala besar di tahun 1997- 1998, diperkirakan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak dan terbakar, dengan kerugian Indonesia sekitar 3 milyar dollar Amerika. Kebakaran lahan yang terjadi ini mengakibatkan lepasnya emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Dampak penting dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran. Tercatat sekitar 70 juta orang di enam Negara di lingkup ASEAN terganggu kesehatannya karena menghirup asap yang diekspor dari kebakaran di Indonesia pada tahun 1997-1998.
Hampir setiap tahun berturut-turut, kejadian kebakaran hutan dan lahan berulang dengan berbagai tingkatan. Pada tahun 2002 dan 2005, kebakaran hutan dan lahan terjadi kembali dengan skala yang cukup besar terutama diakibatkan oleh konversi hutan di lahan gambut oleh perusahaan. Dari data yang terkumpul terhitung sejak 1997-98, rata-rata 80% kebakaran hutan dan lahan terjadi di lahan gambut. Data yang dianalisis WWF-Indonesia menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah mayoritas kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2002-2003 terjadi di lahan gambut sedangkan di Provinsi Riau dalam periode tahun 2001-2006, sekitar 67% hotspots (titik panas) terjadi di lahan gambut.
Hutan pada lahan gambut memiliki peranan yang sangat penting dalam penyimpanan karbon (30% kapasitas penyimpanan karbon global adalah di dalam tanah) dan moderasi iklim sekaligus memberikan manfaat keanekaragaman hayati, pengatur tata air, dan pendukung kehidupan masyarakat. Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut, paling luas terletak di Sumatera (Riau memiliki 4 juta hektar) dan Kalimantan.
Pondasi utama dari lahan gambut yang baik adalah air. Bila terjadi pembukaan hutan gambut maka hal ini akan mempengaruhi unit hidrologinya. Dengan sifat gambut yang seperti spons (menyerap air), maka pada saat pohon ditebang dan lahannya dibuka, akan terjadi subsidensi sehingga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air, sehingga gambut tersebut kemudian mengering. Dalam proses ini terjadilah pelepasan karbon dan sekaligus mengakibatkan lahan gambut rentan terhadap kebakaran yang akhirnya dapat menyumbangkan pelepasan emisi karbon. Menurut Data Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan lahan gambut di Riau menyimpan kandungan karbon sebesar 14.605 juta ton.
Untuk pemerintah Indonesia dalam hal ini yang harus dilakukan adalah:
  • Pembukaan lahan gambut di Indonesia harus dihentikan.
  • semua lahan gambut harus dilindungi dan dikelola secara seksama dengan memperhatikan tata hidrologi secara makro dan potensi lepasnya emisi karbon ke atmosfer.
  • Sektor swasta wajib menerapkan praktek pengelolaan lestari dan bertanggung jawab.
  • Harus ada mekanisme terpadu untuk upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, guna mensinergikan dan menerapkan peraturan terutama terkait perlindungan lingkungan hidup. 
  • Masyarakat setempat harus diberdayakan oleh pemerintah dan sektor swasta dalam pengelolaan lahan yang lestari dan berkelanjutan.