Cari Blog ketik disini

Rabu, 25 Januari 2012

SEJARAH DIKENANG UNTUK PERBAIKAN DIMASA DEPAN

Semakin tinggi pendidikan moderen kita, semakin bodoh pengetahuan kita tentang berbagai hal di indonesia ini. banyak ternyata kekayaan alam dan kearifan lokal bangsa ini yang disalah gunakan untuk sebuah kepentingan dan pembodohan bangsa ini.

Praktik pembabatan lahan dan hutan di indonesia terutama sekali di Sumatra, Kalimantan, Papua, adalah kebodohan pemerintah dalam memamerkan pengetahuan moderennnya. Hutan itu kebudayaan dan banyak kearifan lokal yang terkandung didalamnya, yang tidak dikenal oleh manusia moderen saat ini. Sebagian besar dari masyarakat bangsa indonesia hidup dari yang terkandung pada kekayaan alam dan hutan selama ribuan tahun, dan permata khatulistiwa ini tetap hijau sebur kaya raya memakmurkan para penghuninya.

Dalam waktu kurang dari satu abad, hadirlah manusia yang sok moderen di Indonesia yang menghancurkan hutan rimba raya dan kebudayaan serta kearifan lokal bangsa indonesia ini. sebagaimana dulunya bangsa Indonesia ini hidup dari kekayaan alam dan hutan, seperti tambang, perkebunan, pertanian, sungai dan lainnya yang telah dihancurkan sendiri oleh manusia-manusia moderen Indonesia itu sendiri. Mereka ini menilai bangsa Indonesia yang berkebudayaan “primitif” dalam pertanian, perkebunan, kehutanan dan nelayan perlu segera dimoderen kan dengan cara bodoh mereka.

Siapa yang sebenarnya yang bodoh, siapa yang sebenarnya berpikiran modern, siapa yang sebenarnya berpikir primitif? Siapa yang sebenarnya merusak Indonesia, rakyat kah atau pemerintahannya sendiri?
Kalau pemerintahan Indonesia moderen, penghancuran kekayaan alam dan hutan serta pencemaran sungai sebagai kekayaan budaya dan kearifan lokal dari masyarakat bangsa indonesia ini tidak akan pernah terjadi.

Sebelum datangnya kolonial Belanda, berbagai bangsa di dunia mendatangi bumi khatulistiwa ini untuk membeli hasil hutan dan hasil pertanian dan kekayaan alam lainnya di Indonesia. Pada zaman kolonial pun, kekayaan bumi Indonesia masih memberikan kemakmuran yang berlimpah kepada dunia khususnya penjajah Belanda, hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, dan produk baru pertambangan yang ada di indonesia dahulunya membuat bangsa di dunia iri dengan kekayaan sumber daya alam dan hutan serta kearifan lokal yang ada pada bangsa indonesia. Setelah Negara kesatuan Republik Indonesia berdiri, mengapa kekayaan alam dan kemakmuran ini perlahan raib tak tentu rimbanya.
Negaranya miskin, rakyat pun semakin miskin! siapa sebenarnya yang bodoh? apakah rakyat atau pemerintah?

Kita yang berpendidikan moderen di perkotaan saat ini mengaku mengetahui dan memahami apa itu kemoderenan, dan menganggap penduduk desa dan penduduk hutan sebagai manusia primitif yang bodoh. Sesungguhnya orang moderen tak tahu apa-apa tentang kebudayaan hutan dan kearifan lokal. Pengetahuan mereka dicomot dari kebudayaan dan kearifan lokal bangsa-bangsa lain yang ditulis kaum moderenis.

Kalau kekayaan alam, hutan dan pertanian ini tetap subur makmur, ketika kita merdeka, sesungguhnya menunjukkan adanya konsep pertanian, perkebunan, kehutanan dan nelayan yang sangat luar biasa yang dimiliki oleh penduduk bangsa indonesia zaman dahulu! Mereka telah ribuan tahun hidup dalam hutan dan dengan hutan, tanpa adanya berita tentang kebakaran hutan yang beratus kali terjadi setelah kemerdekaan. serta konflik agraria dan pencemaran sungai.

Yang mampu mendaya gunakan kekayaan alam, hutan dan sungai secara efektif dan efisien. di zaman paling mutakhir saat ini masyarakat yang dianggap bodoh oleh manusia modern saat ini. Orang moderen Indonesia hanya tahu kekayaan alam dan hutan itu menghasilkan kayu buat industri, padahal jika kita belajar dari budaya dan kearifan lokal, ini bisa menghasilkan pertanian padi, palawija, perkebunan, hasil hutan seperti rotan, perca, madu, kamper dan lain-lain. Itulah sebabnya kalau kekayaan alam dan hutan digunduli maka seluruh kebudayaan dari kekayaan alam dan hutan hancur lebur tak bermakna.

Kebakaran hutan akibat sistem ladang berpindah? Itu buah pikiran bodoh orang moderen yang buta huruf kebudayaan bangsanya sendiri. Mereka ini harus disuruh membaca literature antropologi, sosiologi, etnologi, ekologi masyarakat-masyarakat hutan di Indonesia. Atau mereka disuruh masuk hutan dulu biar tahu bagaimana cara hidup masyarakat dahulu.

Hutan bagi masyarakat dahulu bukan tanpa peta. Mereka hafal batang-batang kayu dan tabiatnya, hafal batas-batas alamnya, hafal mana hutan larangan yang dibiarkan tumbuh alami, mana hutan perladangan, mana hutan perkebunan, mana hutan pekarangan rumah. Hutan yang rimba raya bagi orang kota itu adalah liku-liku gang perkampungan kalau di kota. Penduduk hutan tahu benar “jalan besar” untuk pulang di tengah lebatnya tumbuhan hutan. Hutan itu rumah dan kampung halaman mereka. Justru kita orang moderen kota ini yang harus banyak berguru ilmu kepada mereka.

Siapa pula yang lebih tahu bahsa tanah dari pada petani-petani desa? Dengan daya penciumannya, mereka telah tahu mana tanah yang subur, sakit, tak produktif lagi, seperti kita segera tahu siapa yang berjabatan tinggi di kantor dan siapa yang pegawai rendahan.

Jadi, rakyat yang kurang pendidikan moderen inikah yang lebih bodoh dari mereka yang duduk di perguruan tinggi dengan tumpukan buku-bukunya berbahasa asing? Atau kita moderen di kota-kota ini justru harus belajar kembali kearifan-kearifan budaya mereka yang selama ini kita singkirkan sebagai makhluk primitif dan ketinggalan zaman?