Cari Blog ketik disini

Jumat, 07 Maret 2014

Kebun Sawit Masyarakat Desa Dosan

Tahun ini selalu sama dengan tahun sebelumnya, musim kemarau selalu ada saja kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap tebal menyelimuti hampir keseluruhan wilayah Riau, banyak aktifitas yang terganggu oleh asap, salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah dan masih banyak lagi kegiatan lain terganggu oleh asap ini. Asap tidak menyurutkan langkahku untuk melihat sawit yang bersahabat di Desa Dosan, Kecamatan Pusako, Kabupaten Siak.

Konon desa Dosan sudah ada sejak masa Kerajaan Siak Sri Indrapura. Masyarakat dosan dengan latar belakang pencari ikan sebagai nelayan di sungai siak dan berkebun karet serta memanfaatkan hasil hutan non kayu, hidup dengan damai berdampingan serta bersahabat dengan alam dan hutan.

Berkembangnya Riau membawa perubahan yang luar biasa pada sektor kehutanan, semarak dengan hadirnya industri dalam wujud pabrik kelapa sawit serta perkebunan kelapa sawit dengan sekala besar di sepanjang aliran sungai siak. Juga ikut berkontribusi membuat sungai siak dan lingkungan sekitarnya menjadi tidak asri lagi dan perlahan mulai tercemar, hal ini berdampak terhadap masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai siak, selain itu juga sangat berdampak buruk pada ikan, Saat ini ikan tidak banyak lagi seperti dulu, sudah sangat susah untuk ditemukan di sungai siak, nelayan yang turun kesungai siak pun sudah tidak banyak lagi. Disamping itu Karet yang ada dikebun masyarakat dosan adalah karet kampung dimana hasil getahnya sangatlah minim, disamping itu harga karet juga rendah, hanya berkisar Rp 6000/Kg.

Tertinggal dan terbelakang dari segi ekonomi, masyarakat dosan dibantu penuh oleh pemerintah kabupaten siak tahun 2004 mulai untuk berkebun kelapa sawit, lahan yang kritis di kelola dan disulap menjadi kebun kelapa sawit, bermodalkan kemampuan dan pengetahuan yang minim tentang berkebun kelapa sawit tidak membuat masyarakat dosan menyerah untuk memperbaiki ekonomi mereka. Bertahun-tahun melewati hari-hari yang sulit, baru di tahun 2010 masyarakat Desa Dosan baru mulai menikmati hasil jerih payah mereka, perjuangan panjang ini perlahan memperbaiki dan mengangkat perekonomian masyarakat dosan.

Dengan kunjungan ke desa dosan sangatlah menambah wawasan saya, desa dosan sudah hampir dua bulan ini tidak turun hujan, sekarang air disini sulit, sudah hampir dua bulan ini hujan tidak turun, akibatnya kebun kelapa sawit kami saat ini hasil buahnya tidak maksimal ucap pak dahlan salah seorang tokoh masyarakat sekaligus seorang Kepala Dusun di Desa Dosan. Sekarang iklim sangat sulit di tebak,hujan dan kemarau sudah tidak teratur, “apa ini yang disebut Perubahan Iklim” dimana Cuaca tidak menentu dan sulit untuk ditebak.

Ketika ditanya kepada pak dahlan apa itu sawit yang bersahabat, pak dahlan hening sejenak kemudian berkata “ saya tidak tau apa itu sawit yang bersahabat, yang kami tau adalah suatu cara tradisional dalam berkebun warisan dari kakek dan nenek kami, sampai saat ini petani sawit di dosan tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, semuanya dilakukan dengan alami dan tradisional. Ketidaktahuan terhadap pupuk kimia dan memiliki komitmen dalam menjaga hutan yang tersisa diartikan oleh orang luar sebagai petani sawit yang bersahabat.

Niat baik dari pelaku perkebunan kelapa sawit  untuk menjaga dan melindungi hutan yang tersisa sangat langka kita rasakan saat ini, di tengah perhatian dunia dewasa ini terhadap issue pemanasan global dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, petani Sawit di Desa Dosan ini patut dipuji. Mereka semakin sadar bahwa alam ini telah diciptakan Tuhan amat baik adanya dengan segala kebajikannya. Mereka semakin menyadari bahwa alam merupakan suatu kesatuan terdiri dari banyak bagian dan semua bagian berjalan dalam keharmonisan, saling melayani dan berbagi. Segala sesuatu yang ada di alam ini berguna dan berfungsi, saling melengkapi, melayani dan juga merupakan sumber kehidupan.

Kebun Kelapa Sawit hendaknya menggunakan praktek yang baik dan ramah terhadap lingkungan, dalam mengatur aliran air pada parit yang mengelilingi kebun sawit, masyarakat membuat dam serta tidak lagi mengunakan pupuk yang berbahan kimia. Kesadaran ini jelas tampak dari apa yang mereka lakukan serta suatu kesadaran untuk tidak lagi memperluas dan menumbang hutan alam yang tersisa di wilayah desa dosan, dimana larangan ini diperkuat dengan aturan Desa “PerDes” sebagai komitmen.

Petani di desa Dosan semakin sadar bahwa kebiasaan membakar, membuka hutan serta berkebun menggunakan pupuk mengandung racun kimia akan sangat berdampak terhadap rusaknya alam dan ekosistemnya. “Alam telah memberikan kebajikan kepada kami, kami harus bersahabat dengan alam maka alam akan memelihara kami, memelihara usaha perkebunan kami”.